Jumat, 03 April 2020

CATATAN GUNUNG LEMBU



Temanya mungkin; Mencari Tempat untuk Menceritakan Kegundahan Satu Sama Lain.

Perjalanan kali ini dilakukan bersama dua orang teman sekampus (dulu) yang mempunyai hobi sama.

Lebih spesifiknya,
Ipang, teman blusukan berburu jajanan sewaktu mahasiswa dulu. Mungkin karena lidah kita setipe, sepakat kalau Es Puter dan Soto Mie di Pasar Wage adalah menu favorit. Ya mungkin begitulah.

Aldi, teman yang pernah ngamen bareng di Alun-Alun Purwokerto. Waktu itu gua lupa lirik dan Aldi lupa kunci, dapetnya ga seberapa tapi malunya luar biasa. Apalagi kalau abis nyanyi dikasihnya sebatang rokok, ibaratnya tuh seperti meletakkan orang-orangan sawah di tengah lautan, sia-sia. Alasannya; pertama gua bukan perokok. Kedua, gua lagi butuh duit biar bisa menikmati nasi kucing di Angkringan Jalan Kampus atau ga nasi telor orak-arik di Burjo Mang Kadar. Tapi tetap bersyukur, karena dengan begitu Aldi tidak lagi me-depresiasi-kan rokok teman kosnya untuk beberapa waktu.

Mungkin kualifikasi destinasi kali ini adalah tidak perlu yang terlalu jauh yang penting bisa camping sambil dengerin payung teduh, tidak perlu gunung yang tinggi yang penting bisa ngobrol sambil ngopi-ngopi.

Di cerita kali ini gua terharu sekaligus bangga, mereka berdua akur. Tidak lagi ribut dan memperdebatkan cara memasak telor seperti di Gunung Sindoro dulu. *aduh gua ngakak kalo inget ini wkwkwk*

Hidup itu mengalir seperti darah segar yang keluar dari pelipis McGregor sesaat setelah ditinju Mayweather. Walaupun ketenangan belasan jam ga akan bisa dibekukan untuk selamanya, sing penting hatur nuhun pisan sudah meluangkan waktunya.


Diposting ketika malam hari di dalam tenda.
Diposting di Instagram, 17 September 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar