Selasa, 14 April 2020

MAJALAH BOBO





Di hari ini, tepat 47 tahun silam (14 April 1973) telah lahir "Teman Bermain dan Belajar" yang menyenangkan bagi anak-anak.

Seiring berjalannya waktu, ada beberapa rubrik yang hilang, diganti, dan berubah, salah satunya adalah rubrik "Bona Gajah Kecil Berbelalai Panjang". Karakter Bona yang sebelumnya berwarna merah muda sekarang menjadi warna ungu. Karakter Rongrong yang sebelumnya berwarna cokelat dan putih, sekarang berganti menjadi karakter Ola yang berwarna coklat dan oranye.

Kebiasaan gua dulu kalau baca rubrik yang tipe cergam, cerpen, dan dongeng selalu nutup judulnya. Dibaca dulu sampai selesai baru setelah itu nebak/mengira-ngira judulnya apa. "Paman Kikuk, Husin, dan Asta" jadi rubrik yang paling favorit. Selama 7 kali berganti wajah, gua paling suka ilustrasi tokoh Bobo tahun 1980 - 2003.

•Inframe:
1. Edisi 44 Tahun, No. 01, Tahun XLV, (13 April 2017)
2. Edisi 45 Tahun, No. 01, Tahun XLVI (12 April 2018)
3. Edisi 46 Tahun, No. 01, Tahun XLVII (11 April 2019)
4. Edisi 47 Tahun, No. 01, Tahun XLVIII (9 April 2020)

Selamat ulang tahun, semoga semakin jaya, dan semoga generasi selanjutnya tetap bisa menikmati dalam bentuk cetak.


Senin, 13 April 2020

KAGUM




Kita pernah kagum dengan seseorang yang tidak kita kenal dari hanya membaca tulisan-tulisannya, tanpa tahu betapa menyebalkannya dia jika kita mengenalnya.

Tetapi, hal yang paling istimewa dari mengagumi adalah kita pernah kagum terhadap seseorang yang kita kenal selama bertahun-tahun, meski kita tahu dia pernah menyakiti. Kita tetap kagum.

Sampai-sampai, kita menjadi selalu berusaha untuk menyukai apa yang dia sukai, meskipun pada kenyataannya tetap membuat kita 'tidak lebih' dimata dia.

Nelle Harper Lee pernah berkata dalam bukunya To Kill a Mockingbird, "Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya, dan menjalani hidup dengan caranya."

Hati mudah terbolak-balik, kita tidak pernah tahu. Wallahu A'lam Bish-shawabi.

#Temaram

Jumat, 03 April 2020

BERSYUKUR




Saya kira, waktunya yang berjalan begitu cepat. Tenyata, sayanya saja yang berjalan terlalu lambat.

Terlalu banyak perjalanan yang berakhir tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dan pada akhirnya, waktu serta kesempatan memang benar-benar tidak dapat diputar, dijilat, apalagi dicelupin.

Ketika nasi sudah menjadi bubur, tetaplah percaya bahwa Tuhan telah menyiapkan suwiran ayam goreng, sate telor, sate ati ampela, kerupuk udang, lengkap dengan taburan bawang goreng di waktu yang tidak terduga.

#PohonYangBerdiriSendiri
#AdalahPohonYangIstimewa
#SelamatDatangBulanApril

Diposting ketika masa WFH (Work Frome Home) sebagai dampak dari Covid-19
Diposting di Instagram, 1 April 2020



KLINIK KOPI




Mungkin disebut klinik karena setiap pengunjung dikasih nomor antrian sebelum dapat menikmati kopinya. Ketika tiba giliran, pengunjung bisa konsultasi mau kopi yang seperti apa. Kopi yang pahit ada manisnya meski tanpa gula, kopi yang pahit ada sedikit asam dan sedikit manisnya, ya begitulah pokoknya (semuanya light roasted). Selama Mas Pepeng meracik kopi, pengunjung bebas ngobrol sepuasnya. Kalau secangkir kopi kita udah selesai diracik, itu artinya giliran pengunjung dengan nomor antrian selanjutnya yang berkesempatan ngobrol sama Mas Pepeng.

Yang patut diapresiasi dari warung kopi ini adalah adanya ruang pemisah antara perokok dan yang bukan perokok. Kalau perokok duduknya di halaman depan di bawah pepohonan, kalau yang bukan perokok duduknya lesehan di teras ga jauh dari Mas Pepeng meracik kopi. Tempatnya sederhana dan nyaman meski tanpa wifi, ada beberapa pohon buah di halaman depan, dan ada beberapa tanaman stroberi yang digantung di dinding-dinding dekat kolam ikan. Bangunan ini dirancang oleh Mas Yu Sing dari Studio Akanoma. Simple tapi past tense.

#InspirasiRumah
#RumahIdaman

Diposting ketika menikmati secangkir kopi di teras Klinik Kopi
Diposting di Instagram, 15 Juli 2017

CATATAN MASA KECIL





Jauh sebelum rumah sakit tempat emak kerja kebakaran, jauh sebelum rumah hancur karena gempa bumi. Intinya setelah beberapa kali pindah rumah, tempat ini yang paling diingat.

Diikat kain,
Kalau keliling naik motor berdua bareng papa terlebih untuk jarak yang jauh, sering diikat kain dipinggang karena passion gua waktu itu tidur di motor.

Mungkin Attacus Atlas,
Karena penasaran sama daun putri malu, kadang-kadang kalau udah waktunya jam pulang sekolah gua sering ke kebun belakang TK cuma sekedar nyentuh daun putri malu, dan waktu itu pernah ga sengaja liat kupu-kupu warna cokelat yang ukurannya 3, 4, atau mungkin berkali-kali lipat lebih besar dari kupu-kupu biasanya.

Pelepah,
Kalau pulang sekolah dan nemu pelepah pinang kering yang jatuh di sepanjang jalan menuju rumah, biasanya langsung duduk di pelepah pinang lalu ditarik sama temen SD secara bergantian. Mungkin itu yang bikin gua kurus sejak kecil.

Matoa,
Dulu waktu nyari ranting pohon yang berbentuk huruf Y buat bikin ketapel, ga sengaja ketemu pohon tinggi berdaun lebat yang daging buahnya mirip rambutan. Matoa, buah terenak setelah durian, pisang, dan melon. Ya mungkin begitulah.

Kakao,
Setiap weekend biasanya anak-anak seRT main kasti/bola/gatrik/petak umpet di lapangan, pulangnya biasanya makan buah kakao di kebun orang. Pernah suatu ketika kita dikejar petani kakao pake clurit, mungkin dia sudah muak dengan kebiasan kita.

Der Panzer,
Ketika nonton tv dan dapet kabar gantung sepatu dari Michael Ballack disusul Miroslav Klose, seketika langsung inget tempat ini. Karena itu baju favorit gua kalau main bola disini.

Batman,
Dulu pernah nyebur ke sungai karena gua yakin kalau pake baju batman itu bisa terbang, dan untung ditolong tukang bangunan yang lagi bikin pondasi pinggiran sungai.

Wortel,
Sayur yang paling ga gua suka, tapi waktu mama pulang ke rumah bawa bakwan yang isinya banyak wortel dan kol, dan ternyata itu enak. Akhirnya mulut gua terbiasa sama enaknya wortel dan ini jadi salah satu sayur favorit kalau naik gunung.

Pengen ngobrol sama temen kecil tapi ga ingat sama sekali nama mereka. Semoga semua bahagia dengan kehidupan masing-masing. Terima kasih kenangan, masa kecil saya menyenangkan.

#TKAisyiyah #Angkatan2000 #MencariKawanLama #BermodalkanFotoLawas #Generasi90an




Di posting ketika berteduh dari hujan di TK Aisyiyah, Argamakmur, Bengkulu Utara
Postingan instagram, 16 Juli 2017

CATATAN GUNUNG LEMBU



Temanya mungkin; Mencari Tempat untuk Menceritakan Kegundahan Satu Sama Lain.

Perjalanan kali ini dilakukan bersama dua orang teman sekampus (dulu) yang mempunyai hobi sama.

Lebih spesifiknya,
Ipang, teman blusukan berburu jajanan sewaktu mahasiswa dulu. Mungkin karena lidah kita setipe, sepakat kalau Es Puter dan Soto Mie di Pasar Wage adalah menu favorit. Ya mungkin begitulah.

Aldi, teman yang pernah ngamen bareng di Alun-Alun Purwokerto. Waktu itu gua lupa lirik dan Aldi lupa kunci, dapetnya ga seberapa tapi malunya luar biasa. Apalagi kalau abis nyanyi dikasihnya sebatang rokok, ibaratnya tuh seperti meletakkan orang-orangan sawah di tengah lautan, sia-sia. Alasannya; pertama gua bukan perokok. Kedua, gua lagi butuh duit biar bisa menikmati nasi kucing di Angkringan Jalan Kampus atau ga nasi telor orak-arik di Burjo Mang Kadar. Tapi tetap bersyukur, karena dengan begitu Aldi tidak lagi me-depresiasi-kan rokok teman kosnya untuk beberapa waktu.

Mungkin kualifikasi destinasi kali ini adalah tidak perlu yang terlalu jauh yang penting bisa camping sambil dengerin payung teduh, tidak perlu gunung yang tinggi yang penting bisa ngobrol sambil ngopi-ngopi.

Di cerita kali ini gua terharu sekaligus bangga, mereka berdua akur. Tidak lagi ribut dan memperdebatkan cara memasak telor seperti di Gunung Sindoro dulu. *aduh gua ngakak kalo inget ini wkwkwk*

Hidup itu mengalir seperti darah segar yang keluar dari pelipis McGregor sesaat setelah ditinju Mayweather. Walaupun ketenangan belasan jam ga akan bisa dibekukan untuk selamanya, sing penting hatur nuhun pisan sudah meluangkan waktunya.


Diposting ketika malam hari di dalam tenda.
Diposting di Instagram, 17 September 2017