Rabu, 30 Januari 2019

FILOSOFI LAGU UNTUK PEREMPUAN YANG SEDANG DALAM PELUKAN

Semua lagu itu enak asalkan sesuai mood. Bagi gua, band lokal yang enak menemani ketika ngetik, bersih-bersih rumah, bikin prakarya, atau apalah itu, lagi galau, dan juga enak ditonton konsernya bareng-bareng sama teman-teman mungkin Sheila On 7 dan Naif.

Kalau posisi lagi ngopi di warkop pinggir jalan, atau ngopi di terminal/stasiun, belanja di pasar tradisional, atau lagi nongkrong di pos ronda sama bapak-bapak, yang enak didengar mungkin lagunya Rhoma Irama, Panbers, Ratih Purwasih, D'lloyd, Koes Plus, & lagu lawas lainnya.

Tapi kalau lagi menyepi, lagu yang pas buat nemenin ngopi/ngeteh mungkin seperti Payung Teduh, Mocca, White Shoes & The Couples Company, Angsa & Serigala, Fourtwnty, Banda Neira, dsb.

Beberapa tahun terakhir, kalau lagi sendiri paling sering mengulang lagu 'Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan-nya Payung Teduh', dibikin penasaran dan bertanya-tanya, "Apa sih sebenarnya makna dari lirik lagu ini ? Untuk siapa lagu ini diciptakan ? Untuk ibunya ? Istrinya ? Dan/atau anaknya ?"

"Apakah seperti lagu Don't Look Back In Anger-nya Oasis ? Seperti apa yang telah dikatakan oleh Noel Callagher bahwa tiap liriknya tidak berkaitan satu sama lain, dan beberapa dibuat tak ada makna, walaupun demikian, tetap diminati banyak orang, terbukti ketika single ini liris pada 19 Februari 1996 langsung berhasil menduduki peringkat pertama 'The 50 Most Explosive Choruses by NME' dan menjadi hymne solidaritas anti teror kota Manchester dan London beberapa waktu lalu.

"Apakah seperti lagu You Make My World So Colorful-nya Daniel Sahuleka ? Yang menjelaskan kebahagiaan di tiap baitnya, terinspirasi ketika dia melihat cahaya mentari pagi yang menyinari wajah Alice, istrinya ('Morning sunshine in our room')."

"Atau, apakah seperti lagu Tears in Heaven-nya Eric Clapton ? Yang menjelaskan kesedihan sebab telah kehilangan anaknya yang saat itu berusia 4 tahun terjatuh dari jendela lantai 53 Apartemen New York City pada 20 Maret 1991."

Dibikin penasaran, multitafsir, huft, tidak seperti In My Life-nya The Beatles atau My Way-nya Frank Sinatra yang menjelaskan makna lagunya dari umum ke khusus.

Akhirnya rasa penasaran gua hilang ketika...
#Bersambung #PTPart1

Bagian 1 (Postingan Instagram (teddygnwnn) - 10 Desember 2017)





#PTPart2 Akhirnya rasa penasaran gua hilang ketika menyaksikan wawancara Mas Is di salah satu televisi swasta. Katanya, lagu ini adalah lagu yang paling lama proses penciptaannya. Awalnya lagu ini berjudul layangan yang terinspirasi ketika Mas Is melihat Raihan, keponakannya di Jepang.

“Pertama kali liat tuh anak ga tau kenapa gua selalu mengingat masa kecil gua kalau lagi main layangan. Seneng aja main di tanah yang lapang, maksudnya, gambaran membucahnya kegembiraan tanpa ada pemikiran apapun. Jadi lu menikmati waktu, lu menikmati segala hal dengan cara yang sangat sederhana”

Lagu ini belum selesai dibuat sampai suatu hari Mas Is mendapatkan pekerjaan, hanya menjadi intro saja. Momentum lirik per lirik lagu ‘Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan’ didapat ketika Mas Is pulang kerja, naik metromini-kereta di awal-awal kerja. Saat itu sedang sakit kepala, muntah, dan masuk angin. Lalu Mas Is dipijat oleh Agnes, istrinya, dalam keadaan belum sempat mandi sampai akhirnya ketiduran.

“Gua ga sempat basa-basi, ga sempet ngobrol beneran sama dia (Agnes), biasanya gua abis pulang kantor makan bareng. Kalo lagi masak makan bareng langsung atau engga nyari sate deket rumah atau gulai, tapi waktu itu ga sempet, gua ketiduran. Kebangun jam 3 kurang, setengah 3 lewatanlah. Gimana sih kalo lu kebangun dari tidur yang sangat lelap gitu gara-gara tumbang ? Perasaan gua tadi baru pulang kantor tiba-tiba kok jam segini”

Kemudian Mas Is ke kamar mandi untuk buang air kecil dan sekadar cuci muka, lalu kembali ke tempat tidur dan melihat istri serta anaknya yang sedang tertidur pulas di kamar kecil itu, di kontrakannya, di daerah Margonda. Ketika melihat situasi itu, langsung terbesit kata-kata ‘Hanya ada sedikit bintang malam ini, mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya’.

Selanjutnya Mas Is keluar, duduk di teras sambil memainkan gitar, dan lagu itupun jadi dalam kurun waktu kurang dari satu jam.

“Mereka adalah teman yang Diutus Allah untuk menemani saya setiap hari, yang ketika lu ngeliatin sesuatu ngebuat tiba-tiba hati kita tenang, ketika ngeliatin sesuatu tiba-tiba hati kita tergugah untuk bisa lebih tekun lagi. Itu yang saya rasakan”

Lirik yang selanjutnya adalah ‘Di malam hari menuju pagi’, yang menggambarkan suasana saat itu.

Kemudian ‘Sedikit cemas banyak rindunya’, artinya kecemasan Mas Is akan kesulitan saat itu. “Besok saya bisa ngasih apa untuk mereka ? karena memang sangat susah saat itu, untuk bertahan, untuk hidup rasanya susah sekali”

“Proses yang saya jalani sama dia (Agnes) terbilang sangat mudah, apalagi setelah kehadiran Jingga, untuk perempuan yang sedang dalam pelukan kami itu, semua waktu kayaknya menjadi ringan untuk dijalani”

#SelamatUlangTahun
#MohammadIstiqamahDjamad
#SalahSatuTokohInspirasi
#GuaYakinSuatuSaatBakalanAdaBuku
#EntahItuBiografiFilosofiDanAtauSebagainya
#TerimaKasihPayungTeduh



Bagian 2 (Postingan Instagram (teddygnwnn) - 24 Januari 2018)